2.1 EVIDENCE BASED
Evidence based artinya berdasarkan bukti.
Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah
terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal
dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh
sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan (Sackett et al,1997).
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada
dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka – tindakan
yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama
pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga
dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
2.2 PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain.
Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu :
1.
Kala I
Waktu untuk pembukaan
serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
Dimana kala I ini dibagi
menjadi dua yaitu :
- Fase laten
Dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
- Fase aktif è Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a)
Periode akselerasiè Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b)
Periode dilatasi maksimalè Selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 jam.
c)
Periode deselarasiè Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
2.
Kala II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan
kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Persalinan kala II dimulai saat pembukaan
serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya janin.
Tanda dan gejala kala II :
a)
Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran)
b)
Perineum menonjol (perjol)
c)
Vulva membuka (vulka)
d) Tekanan anus (teknus)
e)
Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah
f)
Kepala telah turun di dasar panggul
2.3 EVIDENCE BASED PADA
KALA II PERSALINAN
Pada proses persalinan kala II ini
ternyata ada beberapa hal yang dahulunya kita lakukan ternyata setelah di
lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan dapat merugikan
pasien.
Adapun hal – hal yang tidak bermanfaat pada kala II persalinan
berdasarkan EBM adalah :
No.
|
Tindakan yang dilakukan
|
Sebelum EBM
|
Setelah EBM
|
1.
|
Asuhan sayang ibu
|
Ibu bersalin dilarang untuk makan dan minum bahkan untuk
mebersihkan dirinya
|
Ibu bebas melakukan aktifitas apapun yang mereka sukai
|
2.
|
Pengaturan posisi persalinan
|
Ibu hanya boleh bersalin dengan posisi telentang
|
Ibu bebas untuk memilih posisi yang mereka inginkan
|
3.
|
Menahan nafas saat mengeran
|
Ibu harus menahan nafas pada saat mengeran
|
Ibu boleh bernafas seperti biasa pada saat mengeran
|
4.
|
Tindakan epsiotomi
|
Bidan rutin melakukan episiotomy pada persalinan
|
Hanya dilakukan pada saat tertentu saja
|
Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan
penelitian sehingga dapat di kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu
bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :
1.
Asuhan sayang ibu pada persalinan kala
Asuhan sayang ibu adalah
asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang
ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan
bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu
berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin
antara lain :
B Ibu tetap di perbolehkan
makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan bahwa :
i.
Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena
itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami
kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan
fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.
ii.
Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak
ada alasan untuk melarang makan dan minum.
iii.
Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative
terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh
makan dan minum. Ha ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence
1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.
B Ibu diperbolehkan untuk
memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah
asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang
ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan
kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang
dapat membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping
saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian
keuntungan hadirnya seorang pendemping pada proses persalinan adalah :
§ Pendamping persalinan
dapat meberikan dukungan baik secara emosional maupun pisik kepada ibu selama
proses persalinan.
§ Kehadiran suami juga
merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat
berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa
ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
§ Pendamping persalinan
juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya ikut
membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing –
masing, membantu memberikan makan dan minum.
§ Pendamping persalinan
juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu selama
proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
§ Dengan adanya pendamping
persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih diperhatikan
oleh orang yang mereka sayangi.
§ Ibu yang memperoleh
dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih
singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih
baik.
2.
Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II
Pada saat proses
persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur
posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
proses persalinan, hal ini dikarenankan :
B Bahwa posisi telentang
pada proses persalinan dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ibu
ke janin.
B Posisi telentang dapat
berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang juga mengalami
konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.
B Posisi
telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian
bawah janin.
B Posisi telentang bisa
menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena
kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini
bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
B Posisi litotomi bisa
menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada rasa
sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain
posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995,
Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai kelebihan
sebagai barikut :
a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak
nyaman dan nyeri.
b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang
lebih seingkat.
c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang
lahir spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat
menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat
badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
e. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan
yang lebih baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.
f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu
bayi dalam mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan
juga mengurangi keluhan haemoroid.
g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan
kandung kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses
penurunan bagian bawah janin.
h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam
membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.
Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan
sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut
a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang
kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan.
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang
dirasakan nyaman.
c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa
kunjungan kehamilan.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu
sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi
kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.
3.
Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses
persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk
menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk
mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih
cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat
mengeran ini tidak dianjurkan karena :
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak
menyebabkan kala II menjadi singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas
cenderung mengeran hanya sebentar.
c. Selain itu membiarkan ibu bersalin
bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan dorongan akan lebih baik dan
lebih singkat.
4.
Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan
terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin
ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy
yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan
perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan
“perdarahan yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada
ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi
jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada
ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat
meluas menjadi derajat tiga dan empat.
e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih
lama.
Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak
diperbolehkan lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan
epsiotomi pada saat persalinan. Antara lain indikasinya adalah :
a. Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat
menjadi indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena
jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk
enghindari factor resiko yang lainnya.
b. Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang
kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama
dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
c. Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk
dilakukan episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang
melebar ke bawah.
d. Persalinan dengan alat bantu atau sungsang
Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu
seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah
melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil resiko
terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada
persalinan sungsang.
3.
Kala III
Waktu pelepasan dan pengeluaran ari.
4.
Kala IV
Mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.
Salah satu tahapan dalam proses persalinan yang
sangan penting adalah pada kala II persalinan. Dimana kala II persalinan ini
dimulai pada saat pembukaan lengkap (pembukaan lengkap=10cm) sampai dengan
lahirnya janin. Pada kala II persalinan ini sering terjadi perlakuan –
perlakuan yang terkadang dinilai tidak perlu bahkan membahayakan bagi ibu. Oleh
karena itu beberapa peneliti mulai melakukan peneitian pada kala II persalinan
yang dianggap membahayakan bagi ibu berdasarkan evidence based.
2.4 CONTOH
EBM PADA ASUHAN PERSALINAN
Tingginya
kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia,
sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui
upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua
negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat
yang sangat rendah.
Asuhan
Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a)
Keluarga
Berencana
b) Asuhan
Antenatal Terfokus
§
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali
gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi.
c) Asuhan
Pascakeguguran
§
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan
komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya.
§
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih,
aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian.
§
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu,
perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi
pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda
menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal
adalah persalinan bersih dan
aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan
aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti
mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa
contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai
pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus
menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya
rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam
kondisi yang optimal.
2. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan,
episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus,
penolong persalinan akan
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3.
Retensio
plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga
dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
4.
Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal
mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta
kemajuan proses persalinan. Dukungan
suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama
proses persalinan
berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien
5. Asfiksia
Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru
lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya
dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur
posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi
utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan
bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar
tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan
lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan
dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan
kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat.
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
4. Mengajurkan
ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan
dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan
dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya
dan/atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan
kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga
mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan
pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai
privasi ibu.
12. Menganjurkan ibu untuk minum
cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek
tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan
dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan
ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
16. Membantu
memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar